Langit dapat diartikan dimana kondisi tertinggi atau
puncak, sehingga tidak heran banyak masyarakat bahwa pengharapan yang
tertinggi ada di atas langit. Langit bisa menimbulkan 2 kondisi, bisa cerah atau
mendung. Cerah bisa di maknai sebagai suatu pengharapan dan mendung bisa
dimaknai bahwa cuaca yang buruk yang bisa mengakibatkan badai.
Dari
perspektif tadi, jika kita ingin melihat pada ruang sosiologis maka
langit yang cerah adalah suatu hal yang mimpikan. Kalau memakai
pendekatan semiotika maka "Langit Biru" adalah simbol yang bisa di
gunakan untuk memaknai kondisi tersebut. Dalam ranah sosial kondisi
"langit" ini bisa dikondisikan, apakah para penyanggah langit
menginginkan cerah atau mendung. Jika kondisi "Langit Biru" yang ingin
di capai maka seluruh penyanggah yang di naungi oleh langit tersebut
harus berusaha menciptakan kondisi sehingga langit itu tetap biru,
karena kita menginginkan sebuah kondisi yang ideal maka menjadi harga
mati bahwa langit itu harus tetap biru. Kita tak ingin cuaca buruk
datang dan membuat langit kita menjadi mendung, karena mendung berarti
badai akan datang menerpa.
"Langit Biru" adalah kondisi di mana
kita dapat beraktivitas dan berkreasi. Langit adalah simbolitas
pengharapan akan suatu kondisi dan Biru adalah simbolitas kondisi yang
di harapkan.
Mendung itu pasti ada tapi mendung tak mesti
menghadirkan badai, sehingga langit biru itu harus muncul untuk menjawab
bahwa badai takkan datang,
Sedangkan bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas dan bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar